Link Banner

Pecak Toge dan Nasi Lengko, Makan Malam Spesial di Cirebon

Argo Muria, Semarang-Cirebon berangkat tepat pukul 16.00 WIB. Menyenangkan jika skedul keberangkatan bisa tepat seperti jadwal seharusnya. Cerita awal relasi kantor tentang beberapa menu kuliner khas Cirebon sudah terbayang di depan mata. 

Lebih menyenangkan lagi, tiba di Cirebon pun masih tetap sesuai jadwal.

17.13 WIB. Bubur sop ayam sudah menari-nari didepan mata. Namun, ternyata harus memprioritaskan dulu untuk menyaksikan live shooting relasi kantor dari Malaysia di salah satu acara Radar TV-Cirebon.

Sekitar pukul 21.00 WIB, akhirnya kami sudah bisa duduk manis di salah satu warung makan besar di Cirebon. Selintas membaca menu, aku langsung menangkap beberapa nama menu khas yang sulit ditemukan di Semarang.

Nasi Lengko 

Nasi lengko merupakan menu yang terdiri dari sepiring nasi putih, dengan taburan potongan tahu/tempe, irisan mentimun dan daun kucai, serta toge. Terakhir, dituangi saus kacang, mirip dengan saus kacang pada menu Lotek. Pak Warno menyarankan nasi lengko disantap dengan cara diaduk sempurna terlebih dahulu. Tapi, karena aku sudah tidak bisa menyantap mentimun mengingat tensi rendahku, aku harus sisihkan dulu irisan mentimunnya, baru kemudian bisa mengaduk serta menyantap nasi lengko ini. 

Overall, sensasi rasanya mirip seperti lotek, pecel, karedok dan sejenisnya yang menggunakan saus/bumbu berbahan kacang tanah. Untuk lidahku sendiri, rasa finalnya malah sangat mirip dengan pecel ala Lombok sana.

Pecak Toge

Meski sedang tidak memprogramkan kehamilan, aku masih selalu suka mengkonsumsi toge. Jadi, menu paling awal yang dengan semangat aku pesan adalah pecak toge.

Semakin menyenangkan ketika menu datang, togenya hanya di blansir, atau disiram air mendidih. Tidak direbus terlalu lama. Sengir khas toge, terasa mantap dengan bumbu ulekan halus lombok merah dan garam tanpa terasi. Mirip-mirip bumbu mangut panggang ala Semarang, tapi tanpa santan.

Meski belum berhasil nikmati bubur sop ayam khas Cirebon, nikmati 2 menu diatas cukup wakili 16 jam pertamakku bersilaturahmi di Kota Udang ini. Pak Warno dan staffnya juga masih membuka pintu, jika sekali waktu aku bisa kembali berkunjung. Dus, lengkapi wisata kulinerku dengan mencoba menu-menu lainnya. 

Note:

Koleksi foto di MC masih undetectable :( Jadi, post ini minus foto menu, koleksi pribadi ya.









Related Posts

2 comments

Post a Comment