Link Banner

Tanam Mangrove di Gili Lawang Bareng Karya Desa

Pagi buta, suara tartil dari masjid terdekat di rumah mulai terdengar. Namun, yang benar-benar membangunkan saya, ya suara si ayah. Ia mengingatkan untuk segera memilih kaos lengan panjang mana yang harus saya kenakan. Iya, mendadak, kami akan melakukan trip singkat. Kunjungi seorang teman GenPI, di desa Sugian.

Iman, salah seorang aktifis Kelompok Sadar Wisata (pokdarwis) desa Sugian, juga telah lama saya kenal sebagai sesama anggota Komunitas Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Lombok Sumbawa. Sekian lama berteman, tak sadar, saya sudah berkunjung dan datang ke Sugian sekitar lima kali.

Setelah sekian purnama, akhirnya bisa ikut menanam mangrove


Awalnya, si ayah ingin casting. Tetapi, ternyata juga akan ada kegiatan penanaman mangrove. Tak berpikir lama, yang tadinya si ayah ingin mengajak ke pantai Sungkun di selatan Lombok, akhirnya kami mengarah ke desa Sugian. Desa ini, kini menjadi salah satu desa wisata di Lombok Timur. Beberapa destinasi wisata yang berada di desa ini, diantaranya Gili Sulat dan Gili Lawang. 

Nah, penanaman mangrove ini, akan dilaksanakan di Gili Lawang. Salah satu dari dua gili mangrove, di desa wisata Sugian, kecamatan Sambelia, kabupaten Lombok Timur (Lotim). 'Tetangga' dari destinasi terkenal Lotim lainnya, yaitu Gili Kondo dan Gili Bidara. 

Siapa Saja Nih Para Penanam Mangrovenya? 


Saya dan suami, akhirnya sampai di desa Sugian, sekitar pukul tujuh pagi. Kami sempat sampai di pantai Kokoq Pedek, karena janji di malam hari, teman Iman akan menjemput kami di situ. Sekian menit menunggu, ada info terbaru, bahwa teman Iman yang sekaligus membeli air akan mendarat di dermaga desa Sugian. 

Akhirnya, kami berbalik arah dan sungguh sangat berjodoh. Hanya lima menit menunggu di berugak yang ada di dermaga penyeberangan, dua orang tampak baru saja turun dari perahu kecil. Sedikit memberanikan diri untuk bertanya, ternyata benar, mereka teman Iman. 

Foto usai menanam mangrove. Thanks Iman


Sekian puluh menit membeli air dan menunggu penggantian perahu – yang ternyata tak jadi diganti karena perahu besarnya terlalu berat untuk didorong sendiri, kami berempat (saya, si ayah, Zainul dan Yandi) segera meluncur ke Gili Lawang. 

Belum terlalu jauh, saya yang berpegangan erat ke kedua sisi perahu, ditegur si ayah. Ternyata, jika menumpang perahu kecil, sebaiknya kedua tangan tidak memegangi dua sisi perahu. Resikonya, jika perahu sampai bergoyang, tekanan salah satu tangan, justru akan memperbesar resiko perahu terbalik. Wah, jadi dapet ilmu baru nih. 

Sampai di Gili Lawang, ternyata kelompok teman yang lainnya, sedang bersiap menuju lokasi penanaman mangrove. Dua perahu besar, bersiap-siap membawa kami semua. Di sini saya baru tahu, penanaman mangrove di Gili Lawang ini, adalah ide dari Komunitas Karya Desa (KKD). Mereka membawa 200 bibit mangrove, yang diperoleh dengan mengajukan proposal ke Dinas LHK Provinsi NTB. 

Nah, 12 orang KKD ini kemudian menghubungi Pokdarwis Desa Sugian, atau teman-temannya Iman. Mereka menghubungi pokdarwis, sekitar dua minggu sebelumnya. Tepatnya, sekitar minggu kedua Agustus. Setelah menyepakati kepastian pelaksanaan penanaman mangrove, semua anggota KKD datang ke desa Sugian pada Sabtu 5 September pukul 5 sore kemarin. 

Sebelumnya, sebagian besar anggota pokdarwis Desa Sugian, telah menyiapkan dan membersihkan area yang direncanakan sebagai tempat berkemah, sejak pagi. Tepat di Sabtu siang, area tersebut sudah siap. 

Di perjalanan berperahu menuju lokasi penanaman mangrove, saya berkenalan juga dengan teman Iman, yaitu Kang Cuflis. Ia bercerita, di Sabtu sore dan setelah menunggu 200 bibit mangrove terkumpul, semua rombongan berangkat ke lokasi perkemahan di Gili Lawang (kecuali saya dan suami, menyusul di Minggu pagi). 

Beramai-ramai Menanam Mangrove di Gili Lawang. 


Rombongan penanam mangrove, terdiri dari 12 orang anggota KKD, dua orang staf KPH Rinjani Lombok Timur, serta 12 orang dari pokdarwis desa Sugian sendiri. 

Para anggota KKD sendiri, sebenarnya telah kuliah di berbagai almamater. Sedikit kisah usai penanaman mangrove, mereka ini adalah para alumni pondok pesantren Haramain, Narmada, Lombok Barat. Sebagian yang saya ajak ngobrol di perjalanan penanaman mangrove, mereka adalah mahasiswa Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri Mataram. 

Yang seru, salah seorang dari mereka, Ilham Kusuma ternyata juga seorang yang aktif di social media. Ia lantas mengajak saya, melakukan satu live singkat di akunnya. Sayang, gara-gara HP saya ikut ‘menanam’ mangrove, sampai tulisan ini saya unggah ke blog, akun Ilham belum saya follow atau stalking – agar bisa saling mention. 

Usai menanam mangrove, sebagian anggota KKD seseruan snorkeling. Saya ndak berani. Tak bisa berenang, membatalkan keinginan saya buat ikut snorkeling. Set snorkel tidak ada yang dibawa. Yang tersedia hanya jaket pelampung saja. Akhirnya, saya benar-benar mengabaikan kesempatan snorkeling nan seru. 

Kami kemudian kembali ke area perkemahan, berkemas, dan bersiap kembali. Sekitar pukul 11 siang, dua perahu besar dan satu perahu kecil,akhirnya kembali merapat di dermaga desa Sugian. Sembari membersihkan atau membilas badan, saya memasak sedikit nasi, membuat sambal, lalu bersama teman-teman pokdarwis bersama-sama makan siang sederhana. 

Di sekretariat pokdarwis, ternyata Iman menyimpan laptop, koneksi inet stabil, juga listrik yang memadai. Akhirnya, sembari mengenalkan aktifitas blogging saya (terutama ke Kang Cuflis), saya pun langsung menuliskan keseruan, sehari turut menanam mangrove. 

Candid keren lainnya dari Iman. Secara HP saya masih 'sekarat'. Hiks


Si ayah, yang awalnya casting di spot terujung Gili Lawang, berhasil strike dua jenis ikan. Sayang, karena ukurannya kurang dari standarnya sebagai ‘lauk makan’, dua ikan tersebut dirilis semua. Sisa hari, si ayah memilih meneruskan casting. Kali ini, dari ujung dermaga desa Sugian. 

Nah, kalau kamu, bagaimana kisahmu menanam mangrove? Atau, apa pernah memancing juga ke desa Sugian? Yuk, ceritanya dibagikan.

Related Posts

There is no other posts in this category.

14 comments

  1. Lombok dan sumbawa banyak gilinya dan bagus-bagus lagi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sepakat.
      Belum habis-habis eksplornya sampai sekarang

      Delete
  2. Nanem mangrove gini menyejukkan dan efek ke depannya memang luar biasa ya Mbak Muslifa. Aku salut lho sama kegiatan kayak gini. Aku belum pernah nanem mangrove mbak,...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makin adem kalo dateng ulang dan liat mangrove yang kita tanam tumbuh subur.
      Alhamdulillah

      Delete
  3. Aku pengen juga nih punya pengalaman menanam mangrove. Namun sayangnya belum pernah. Seru ya sepertinya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Seru banget mbak. Buat aku, lumayan jadi healing process juga, karena harus berani nginjak lumpur

      Delete
  4. eh kirain si ayah mo casting utk sinetron..hahaha... Seneng ya mba, pengalamsn seru dg teman2 baru..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahahaha...Iya, katanya sama. Tapi yang ini, salah satu teknik memancing

      Delete
  5. Belum pernah Mbak menanam mangrove. Mupeeeeng pengen jelajah Gili ke Gili di Lombok. Semoga bisa segera ke sana.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Skuy, eksplor Lombok. Nanti setelah Covid agak menjinak, semoga rezeki berjodoh dan datang ke Lombok

      Delete
  6. Kegiatan seperti ini harus dilakukan secara rutin ya Bunsal biar hutan mangrove bertambah luas dan alam lebih terlindungi

    ReplyDelete
  7. Jaman kuliah dulu pernah ikut nanam mangrove di Demak, bun. Waktu itu belum hype aktivitas tanam mangrove. Mungkin sekarang udah jadi hutan tuh yang di Demak, asalkan warga sekitar turut serta merawat dan menanam ulang misal yang lama telah mati.

    ReplyDelete
  8. Memang hutan mangrove kek gini hrs sll dilestarikan sbg pengendali alam yak. Keren tulisannya bikin pingin keLombok

    ReplyDelete
  9. Keren ya kalo banyak yang peduli dengan daerah pesisir kayak gini. Selain mengurangi abrasi yang ditimbulkan air laut, banyak ikan dan biota laut lainnya juga yang bakalan mendatangi kawasan mangrove ya Bun

    ReplyDelete

Post a Comment