Sudah jamak kita dengar, takkan afdol habiskan Iedul Fitri yang suci tanpa kehadiran seluruh keluarga.
Namun, ditahun ke enam millenium serba perak ini, banyak alasan yang memaksa keluarga besar tidak bisa berkumpul. Diversifikasi jenis pekerjaan, memaksa si adik bungsu, Tante, Oom, Pakde atau Bude, tetap masuk di Hari Fitri. Sedikit diskon waktu hanya pada saat sholat sunat Iedul Fitri. Dan diskon terbatas tersebut tentunya tidak cukup tipiskan jarak, jika masing-masing keluarga bertempat inggal dikota atau negara yag berbeda.
Disatu sisi, perkembangan teknologi yang hampir meniadakan batas wilayah dan waktu, meberikan solusi alternatif untuk berkumpul. Setidaknya, dengan saling bertukar kata selamat atau maaf melalui sms atau bertukar sapa dengan pesan suara.
Seperti pemaparan teknis Michael Sunggiardi tentang 'Mengembangkan VoIP [Voice over Internet Protocol] di Jaringan RT-RW-Net' [Kompas, 6 September 2006],kedepan, meleburkan kebersamaan di Hari yang Fitri bisa memanfaatkan teknologi ini. Bahwa kemudian pertemuan fisik menjadi terabaikan, tentu menjadi
konsekuensi tersendiri.
Satu penjelasan lainnya dipaparkan Marcelus Ardiwinata pada 'Lompatan yang Mengubah Pola Telekomunikasi' [Kompas, 6 September 2006]bahkan menawarkan alternatif yang lebih menjanjikan. Mari kita simak sebagian kalimatnya,'..Karena itulah, konsep komunikasi berbasis IP mulai digaungkan dan akan menjadi suatu pola komunikasi masa depan yang mengubah segala hal..'
Dalam uraiannya, Marcelus mengemukakan kemungkinan bertelekomunikasi dengan basis IP untuk hampir semua bentuk telekomunikasi.Call center untuk semua telekomunikasi berdasarkan suara dan Contact center yang memungkinkan pertukaran data dan video.
Menghubungkan dengan pembuka tulisan ini, semua kemungkinan pengembangan berkomunikasi mengggunakan teknologi berbasis VoIP ini semakin meniadakan batas ruang, waktu dan tempat.
Berbagi maaf antara Pakde saya di Rusia sana, ipar saya di pelosok Merauke dan mertua di Manado, bisa dalam satu waktu, satu call, atau bertele-konferensi dengan mereka semua secara bersamaan.
Selanjutnya, penekanan Marcelus di '..Karena IP bisa mentransmisikan tidak hanya suara, maka tidak heran jika komunikasi akan tercipta dengan berbagai bentuk..'
Nah, katakan saja video tele-konferensi bisa sebagai satu bentuk yang dimungkinkan pada teknologi ini, maka, tangis haru saat akui salah dan dosa pada Mama yang ikut adik bungsu di Lombok sana, bis aterlihat nyata. Atau, sedikit canda Pakde dengan Mama, mengenang kenakalan-kenakalan masa kecil mereka, bersama para Pakde/Bude sepupu dibelahan negara yang lain, lebur dalam sekian jam video tele-konferensi, bisa menjadi alternatif menyejukkan. Membandingkannya dengan sekian jam dipesawat,
bermacet-macet ria diperjalanan bermobil, hanya akan menjadi alternatif urutan kesekian.
Waktu berkumpul di Hari Fitri yang terbatas, lebur dalam penggunaan teknologi yang tak berbatas..
Post a Comment
Post a Comment