Link Banner

Empat Tips Jadi Penulis di Bincang Literasi Santriwati

Saya mau menulis, mulainya bagaimana sih? Begitu pertanyaan Dela, ketika diberikan kesempatan bertanya. Dela, satu dari sekitar 500 santriwati setara SMA, milik satu yayasan besar Lombok,  NWDI Pancor. Dela peserta bersama teman satu sekolahnya, di kegiatan Bincang Literasi Santriwati, Kamis 13 April 2023.
Tangkapan layar siaran langsung kanal Youtube MA Mu'allimat NWDI Pancor. 

Dela kelas 11 IPA. Masih teman sekelasnya pula, Adnin dan Zila, menjadi duo MC. Total kegiatan selama 6 jam ini, disiarkan langsung di kanal Youtube mereka dan bisa disaksikan ulang setelahnya.

Empat pegiat literasi Lombok Timur menjadi narasumber, membagikan tips menulis ala mereka masing-masing. Ada Lalu Abdul Fatah, GM Jejak Aksara Publisher. Berikutnya Fathul Rakhman, Manager Geopark Rinjani yang sekaligus penulis aktif. Ketiga, Agus Khairi yang lebih suka dipanggil Ages, editor dan Redaktur Pelaksana web Mass Media. Keempat, saya, owner blog ini dan masih ada peer memiliki buku dengan nama sendiri sebagai penulisnya, penambah daftar empat buku antologi lintas komunitas. 

Lalu, apa saja tips menulis murah meriah dari para narsum yang hadir, diantaranya:

Bangun Kebiasaan Menulis Dari Lingkungan Terdekat

Fatah mengisahkan satu kenangan menulisnya yang berkesan. Saat masih di bangku sekolah, ia sengaja duduk di bangku paling belakang. Apa pasal? Ternyata ia mengamati dengan serius masing-masing karakter dari semua teman sekelasnya. Setelah dirasanya selesai, tulisan tersebut ia print out , dijilid lalu diserahkan ke salah seorang gurunya.

Kini, Fatah semakin eksis di dunia literasi. Buku cetaknya sudah terbit beberapa judul. Ia pun aktif sebagai GM sebuah percetakan serta aktivitas literasi. Termasuk kegiatan bincang literasi di hari ini, satu dari banyak acara literasi yang digagasnya.

Penyair Pagi, Hasil Konsisten Bangun Waktu Khusus untuk Menulis

Ini julukan istimewa yang diberikan jejaring Ages. Di rentang tahun 2015 sampai di 2017 menetap di Surabaya, ia terbiasa menulis di momen fajar pagi. Begitu konsistennya ia, lekatan nama baru pun didapat, Ages Penyair Pagi.

Kenangan unik ini yang dipilih Ages untuk dibagikan ke para siswa mualimat. Bahwa, masing-masing penulis, unik dan istimewa sesuai kebiasaan personal mereka saat berkreasi.
Motivasi,  bahwa kepenulisan tidak selalu dari kelas-kelas mahal. Mulailah dengan sederhana,  sabar dengan proses,  konsisten dengan karya,  mind set kepenulisan akan mulai terbangun. SS kanal Youtube MA Mu'allimat NWDI

Tulisan Itu Abadi Lintas Jaman

Kutipan yang disepakati banyak orang. Era digital telah lekat di rutinitas kita sehari-hari. Nyatanya, bahasa tulis pun masih tetap eksis. Bentuk kontennya yang bisa saja kombinasi, baik itu teks dan foto, atau teks dengan foto serta video.

Pernyataan ini ditegaskan Fathul Rakhman. Penulis sekaligus praktisi. Berkat menulis, ia kerap keliling dunia. Hasil menulis, gadget hariannya terbeli dari kantong sendiri. Kini, bersama dengan Fatah, kerap laksanakan berbagai project buku. Buku terbarunya , membincang tentang kondisi-kondisi pariwisata Lombok. Sesuai hasil riset, juga latar akademisnya di teknik lingkungan.

Bangun Kebiasaan Menulis dari Rutinitas Harian

Nah, yang ini, sharing saya. Bagaimana, bahkan 10 menit perjalanan ke kantor dari rumah berjarak sekitar 1.5 km, bisa disulap jadi artikel trip ringan sampai 1000 kata. Juga,  sebagai ibu rumah tangga sekalipun, rutinitas harian di rumah selalu bisa jadi bank ide tulisan. 

Pertanyaan di awal tulisan ini, bagaimana saya mulai menulis, terjawab dengan sesederhana menuliskan pengalaman personal kita sehari-hari. Kekhawatiran, apa pentingnya keseharian saya jadi satu tulisan? Bagi saya, tergantung POV - Point of View.

Jika kita sedang belajar menulis, hal paling penting adalah kita mampu menuliskan sesuatu. Punya ide, memulai tulisannya, lalu selesaikan. Kalau melulu beralasan penting versus tidak penting, selamanya kita akan kembali bertanya, 'Bagaimana cara mulai menulis?'
Wefie bareng duo MC keren,  Adnin dan Zila. Juga sesama penulis di WAG Tantangan 30 hari bercerita. Dokpri

Akhirul kata,  luar biasa. Mimpi lama saya, bincang literasi sesama penulis kelahiran Lombok Timur, diijabah Allah SWT. Terasa tetap berharga, meski saya menunggu momen begini, hampir satu dasawarsa. Setidaknya saya hitung sejak kembali dari Semarang, di Pebruari 2014 dulu.

MA Mu'allimat NWDI Pancor,  satu dari lengkapnya institusi pendidikan NWDI,  baik dari jenjang toddler,  TK,  sampai program master. Saat masih aktif di komunitas relawan GenPI (Generasi Pesona Indonesia)  dulu,  pernah juga saya sharing di prodi Pariwisata Universitas Hamzanwadi. Lain waktu,  sebagai fasilitator Women Will Google  sharing ke aktivis santriwati lintas prodi. 

Literasi di Lotim, semoga semakin mengglobal. Akan semakin kaya dengan tulisan-tulisan Dela,  Adnin atau Zila. InshaAllah, aamiin. 
Bunsal
Hi, you can call me Bunsal, despite of my full name at my main blog domain. A mom blogger based on Lombok, Indonesia. I do blogging since 2005 and lately using my new email and the domain, start on 2014.

Related Posts

Post a Comment