Link Banner

Lama

Tak menulis sesuatu.
Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket
Sejak menjemput Salwaa di Minggu, 11 Maret lalu, pikirku telah terlalu penuh oleh aktifitas harian. Bangun di setengah enam pagi, nyalakan kompor, naikkan satu ceret penuh air. Segera setelah mendidih, mandikan Salwaa, mendandaninya dan temani sarapan pagi-nya. Jangan tanya jika ayahnya pun ikut bangun. Segelas kopi panas, menu sarapan pagi dan sedikit rapikan tempat tidur yang teracak oleh ngoletnya tubuh kami bertiga.
Ya, kamar kos yang 2.5 x 3 meter, alhamdulillah terasa lapang oleh ikhlas dan kebahagiaan kami. Salwaa sendiri dengan lapak plastiknya, kewaspadaan jika dia gagal terbangun untuk pipis sekali ditidur malamnya, habiskan satu kasur sendiri. Aku dan ayahnya-lah yang paksakan diri merapat disatu kasur lainnya.
Hampir 2 minggu lewati hari, meski ayahnya peroleh setitik sariawan disudut geraham bawah kanan, alhamdulillah, badanku sendiri tak ikut ambruk.
Satu hal, kami jadi tahu, untuk se usianya, Salwaa terlalu berani. Jika tidak salah hitung, ada sudah lebih dari 5 kali ia mencoba kabur. Jelas tidak se strict pengertian kabur itu sendiri, arti dari tindakannya. Salwaa hanya menjauh dari aku, hindari suapan makan siang atau sore-nya. Sedihnya, jaraknya terlalu jauh. Dan tak terkejar olehku.
Aku menangis, saat malam Selasa wiken ini, saat aku jenakkan diri darinya karena harus pindahkan air mendidih di ceret ke termos, Salwaa sudah berlari ke arah barat gang. Aku hanya bisa menatap punggungnya di ujung gang dan yakin, akan susah mengejarnya. Mengikuti pola kabur Salwaa sebelumnya, aku malah mengambil arah ke timur dengan harapan, Salwaa memutar di gang 3 dan aku akan bertemu dengannya diujung gang. Putaran yang total salah. Salwaa sudah tahu itu. Dan dia membelok justru ke arah barat. Aku tahu itu saat diujung timur gang 3, tak aku temukan sosok mungilnya di sepanjang gang [400-an meter, gangnya lurus, sehingga siapapun yang berjalan, akan terlihat dari ujung].
Dengan rasa tidak karuan, aku tetap menyusuri gang 3 ke arah barat. Di pertigaan yang menghubungkan ke gang 1, lokasi kosku, aku bertemu Iin, salah seorang mahasiswi tetangga,"Mbak, Salwaa larinya ke arah Indomaret. Aku sudah nyoba ngejar dan nangkap, tapi dia malah lari semakin kencang.
"Hiks, jaga anakku Tuhan....
Aku masih belum berlari. Sedihku mulai bercampur dengan rasa marah. Saat pindahkan air tadi, mas Rinto sedang duduk diruang tamu dan saat kulapori kalo anaknya lari, dia hanya balas menatapku dan bilang,"Ya dikejar ae to..."
Aku sampai di pertigaan Bina Mulia, pertigaan antara kompleks Kanfer Utara dan Merbau. Ada Cahyo, kelas 1 SD bersama 3 teman sepantarannya didepanku. Sepertinya mereka ikut membantu mencari Salwaa. Petang setelah sholat maghrib, sudah mulai semakin menggelap, meski beberapa lampu depan rumah di sepanjang jalan Kanfer Raya sudah dinyalakan. Aku, Cahyo dan ketiga temannya terdiam di ujung gang samping jalan Kanfer Raya. Beberapa motor dan angkot masih ada yang wira/wiri. Kami secara refleks menatap ke kiri/kanan jalan. Tubuh Salwaa masih tidak tampak. Naluriku, aku, Cahyo dan temannya harus terpisah,"Yo, kamu ke arah timur yaa, Mbak Nanik ke barat aja..."
Sekian langkah ke arah Barat, arah ke Indomaret, toko tempat biasanya aku belikan susu Salwaa setiap habis gajian, aku berpapasan dengan seorang Bapak pemulung yang mengayuh gerobaknya dengan pelan.
"Lah, ini ibunya. Mbak! Anak wedhok cilik gitu, mbok ya jangan dilepas sendirian....," sayup-sayup, omelan dan tegoran Bapak tersebut sampai ditelingaku.
Didepan, 2 lelaki seumuran Rinto tampak sedang mendekati Salwaa. syukurlah Salwaa tidak semanis saat umur setahun-an dulu. Templek sana/sini kalo ada temen ayahnya yang mau menggendong. Salwaa berontak saat lelaki yang agak gendut mencoba mendekatinya. Salwaa membanting tubuhnya sambil berteriak,"Nggak mauuuuuuuuuu..."
Tuhan! Spontan aku berlari. Aku sudah tidak perdulikan dua lelaki itu, karena saat Salwaa melihatku, dia seperti semakin berusaha berlari. 10 meter-an berlari kencang, aku sudah bisa menggapai tubuh Salwaa. Entah kerasukan apa, undak-undakan kecil ditrotoar bisa dilompati sekali langkah oleh Salwaa. Tak membuang waktu, aku raih tubuhnya dan kudekap erat. Marah, sedih, kecewa dan segalanya terasa bercampur aduk. Saat kembali, aku tak temukan dua lelaki tadi. Entah hanya sekedar ucapkan terima kasih atau untuk marah...
Sampai dirumah, tak kuat lagi, tangisku tumpah. Menangis karena harus marahi Salwaa, menangis untuk kecuekan Rinto dan menangis untuk diriku sendiri. Aku tak sanggup bayangkan, jika Salwaa di 3 tahunnya, harus alami masa kecilku dulu. Dijamah lelaki dewasa, tanpa tahu kenapa harus aku, kenapa saat aku masih kecil...
Apapun, tadi pagi, tampaknya Salwaa mulai mengerti kesedihan, kemarahan aku dan Rinto atas kekeliruan tindakannya. Aku tahu dia tergerak untuk kembali berlari ke arah Barat. Tapi, tangisku dan kemarahan Rinto hari-hari kemarin tampaknya mulai terpikirkan olehnya. Saat berlari kecil menghampirinya, dia malah terdiam dan tidak berontak saat aku ajak kembali ke kos.
Ya Allah, betapapun, lindungi dan jaga Salwaa. Karena apa-lah aku dan Rinto, tanpa berkah dan rahmat penjagaan-Mu atas Salwaa, pun atas diri kami sendiri.

Related Posts

5 comments

  1. Aduh, Bun.... sampe ikut deg2an bacanya... alhamdullilah Salwa baik2 aja ya :) mudah2an Allah selalu menjaga kita semua.

    ReplyDelete
  2. Wah nama kita hampir sama yah.
    Dek Salwa jangan bikin sedih Bunda lagi ya..., main jangan jauh².

    ReplyDelete
  3. Duhh, Salwa dah smakin gede, udah maunya main kabur gitu aja..
    De Salwa jangan bikin bunda marah en sedih donk, jadi anak yang manis ya jangan nakal.

    Bund..
    yang sabar ya, selalu inget aja kalo BunSal ngerasa ga kuat en lelah...bahwa Tuhan selalu ngejaga kita anak2Nya, jadi jangan pernah ngerasa sendiri

    ReplyDelete
  4. Salwa cantikk.. jangan ngabur2 trus dong, kasian Bunda lho. *CUP*

    ReplyDelete
  5. >> Ibeth : Amin Robbul Amin ya Beth. Doa terbaik juga untuk ke2 arjuna cakepmu :-)

    >> Ninda : Hallo. Thanks dah mampir yaa. Pa kabar CunDa-nya?

    >> Reth : Thanks Dung. Doa terbaik juga untuk kamu. Maaf, ya, jarang BW ini.

    >> Hu Dew : CUP balik ke tante Hu Dew yg cantik.
    Iya ni Hu, kriwilnya Salwaa g sembuh2 ni :D
    Kapan-kapan pengen nge-shoot kriwilnya doang dan gawe postingan khusus. Smoga inget :P

    ReplyDelete

Post a Comment