Link Banner

Kutu Buku Pemalu Jadi MC atau Narsum, Tips dan Trik Ringan

Suka ngobrol apa otomatis jadi mudah menjadi seorang MC (Master of Ceremonies - Pengampu Acara) atau Public Speaker? Belum tentu. Sering terjadi, kita yang saat mengobrol begitu lancar, hampir tanpa jeda, mendadak gagu atau kehilangan suara saat diminta menjadi MC atau pembicara.

Berkat jejaring Komunitas Sasak, dapat ilmu baru, 'Vice Key Expert'. Cred. GenPI Lombok Sumbawa

Ternyata, mengatur dan mengontrol jalannya satu acara sejak dimulai sampai selesai, juga membutuhkan ilmu tersendiri. Demikian juga menjadi satu pembicara. Lantas, kalau kita seseorang yang pemalu, malas ngobrol, apa bisa menjadi saah satu dari pekerjaan di atas?

Pengampu Acara Harus Bisa Apa Saja?


Dari sekian banyak referensi hasil googling, saya mengutip pengertian dari web Merriam Webmaster, yakni:

Satu, seseorang yang menentukan bentuk-bentuk yang bisa diamati dalam satu acara umum.

Dua, seseorang yang bertindak sebagai tuan rumah di satu acara.

Tiga, seseorang yang bertindak sebagai pembawa acara satu acara hiburan.

Jika tiga pengertian di atas digabungkan, seorang MC menjadi ‘perwakilan’ yang tampak bagi orang kebanyakan dari satu acara, membawakan setiap rangkaian acaranya, seringkali acara-acara hiburan, memastikan rangkaian kegiatan di satu program atau acara berlangsung baik dari awal sampai selesai.

Bareng jurnalis mahasiswa yang serba inspiratif, LJTD - Latihan Jurnalistik Tingkat Dasar, UKM MEDIA Unram. Modul 'Penulisan Artikel Lepas'. Cred. MEDIA Unram

Bagaimana dengan narasumber?

Narasumber, Informan, Public Speaker


Untuk ini, saya mengutip definisi katanya dari KBBI - Kamus Besar Bahasa Indonesia, ‘Orang yang memberi (mengetahui secara jelas atau menjadi sumber) informasi’.

Lalu, apakah sama makna dari tiga kata di judul sub bagian di atas?

Saya kembali mengutip dari Merriam Webmaster, khusus untuk ‘Public Speaker’, pengertiannya adalah ‘Seseorang yang memberikan pidato atau ceramah kepada sekelompok orang yang biasanya besar’.

Sudah mulai tampak perbedaan dan persamaannya kan? MC, Narasumber, Informan, Public Speaker, sama-sama harus memiliki kemampuan untuk berbicara di hadapan orang banyak. Ini adalah kesamaan paling mendasar.

Saya ingin menyelipkan satu istilah lagi, Key Expert. Yang ini, semacam tanggung jawab lebih khusus lagi dari seorang moderator. Baru saja saya alami beberapa pekan lalu, di event ‘Workshop (Uji Petik) For Implementation of RSKKNI, RKKNI & Occupation Scheme’ - 'Rafting', Direktorat Standar Kompetensi Deputi Sumber Daya dan Institusi, Kemenparekraf.

'Imu mahal' bersama stakeholder 'Rafting' dan Tim Perumus RSKKNI, RKKNI dan Skema Okupansi. Cred. GenPI Lombok Sumbawa

Ternyata, di samping SOP menyusun dokumen-dokumen sesuai template, Key Expert atau wakilnya bertugas mengontrol keseluruhan rangkaian acara. Termasuk memandu diskusi antara peserta dan Tim Perumus. Point-point apa yang sekiranya disempurnakan di tiga dokumen yang dirumuskan, atau bahkan ditambahkan.

Pada event yang dikhususkan bagi industri pariwisata ‘Rafting’ tersebut, 25 lebih peserta dan Tim Perumus menyepakati penambahan dua point. Nantinya, semua point di Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia, RKKNI dan Skema Okupansi Rafting diajukan ke badan internasional, disepakati ulang, lalu akan menjadi standar yang berlaku selama 5 tahun an.

Setidaknya, demikian sedikit info yang saya peroleh selama acara. Keunikan lainnya, enam rangkap dokumen, ditandatangani bersama oleh Tim Perumus dan sebagian perwakilan dari peserta, utamanya yang telah turut sharing dan mengusulkan point penambahan tertentu.

Tips dan Trik Mampu Menjadi MC serta Narasumber


Bagaimana saya yang awalnya pemalu, pendiam, si pembawa buku kemanapun pergi, bisa dapatkan kesempatan melakukan ngemsi, narsum, bahkan Wakil Key Expert?

Kecuali Key Expert yang saya masih sangat harus belajar sangat banyak, MC dan Narsum terbesar karena berbagai tanggung jawab di lintas komunitas. Terbanyak dan makin fokus saya lakukan saat kuliah. Jadi, secara sederhana, proses yang menurut saya bisa menjadi tips dan triks siapapun mampu ngemsi serta menjadi narsum, diantaranya;

Pertama, aktif berjejaring di lintas komunitas. Di banyak komunitas, kita bisa mulai belajar mengemukakan pendapat, mempertahankan argumen, memanajemen emosi selama terlibat di komunitas tersebut, atau di sekian banyak event yang dilaksanakan bersama komunitas.

Fasilitator 'Copy Writing for Digital Marketing', sebagai Collaborator KDM - Kitapixel Digital Mandiri, di event AHLI NTB. Cred. KDM
Kedua, memilih tokoh referensi untuk gaya bicara di depan publik. Saat kuliah, tokoh referensi bisa mudah kita dapatkan. Senior-senior aktivis lintas komunitas, atau yang terdekat ya bapak atau ibu dosen kita sendiri. Tidak kuliah? Organisasi di sekolah sudah mulai ada sejak tingkat menengah. Tokoh referensi inilah yang saya ATM - Amati, Tiru dan Modifikasi, cara bicaranya saat di depan umum. Di awal-awal dulu, saya seolah-olah menjadi mereka, lalu kemudian belajar untuk menemukan dan menjaga ‘gaya bicara’ sendiri.

Ketiga, belajar, belajar dan belajar. Saat ini kita sedang di jaman banjir informasi. Referensi apapun, mudah kita dapatkan, hanya dengan usapan ujung jari di layar HP pintar. Mau jadi MC, Narsum, atau profesi apapun yang mengharuskan kita berbicara di depan publik, bisa kita pelajari secara otodidak dan bahkan GRATIS. Tentu membutuhkan juga banyak pelatihan khusus, untuk membuat kita memiliki kelebihan tersendiri, di antara banyak orang lain yang juga menjadi MC atau Narsum.

Keempat, bagaimana atasi mual perut dan ‘kelegot’ saat bicara? Kelegot adalah Bahasa Sasak Lombok, yang artinya ‘kurang fasih berbicara’, ‘amburadul’, ‘tidak tertata’.

Tim Humas GenPI Lombok Sumbawa, di Webinar AMMAN dan Skilvul. SS pribadi

Dari sekian kali menjadi peserta, jadi MC, jadi narsum, banyak yang sebutkan masih selalu alami mual perut. Yang berbeda, intensitas terjadinya dan berapa lama. Yang sudah kenyang dan jam terbang tinggi, bisa jadi sudah menganggap kecil momen ini. Tapi, percayalah, karena masih sama-sama manusia, mual perut ini terhitung wajar terjadi.

Khusus kemampuan bicara, ya kembali ke tips kedua di atas. Segera ingat tokoh referensi favorit kita, perbaiki kata atau kalimat kita yang salah, lalu tak perlu sungkan meminta maaf. Iya, tiga kata sakti, ‘Tolong, Maaf dan Terima Kasih’ sebaiknya dibiasakan jika kita ingin menjalani profesi MC atau Narsum.

Kelima, boleh banget berlatih di depan kaca. Ini efektif untuk menambah rasa percaya diri, ketika akhirnya harus berbicara di depan publik. Latihan sederhana ini, membantu kita paham pengucapan yang baik dari kata-kata umum yang kita gunakan nanti.

Lima tips dan triks di atas masih bikin gak PD? Mari kembali ke saran bapak atau ibu guru kita di jaman sekolah dulu, “Tatap area kosong di atas kepala hadirin yang kita hadapi’. Seolah-olah kita bertatapan langsung dengan pubik di depan kita, namun sebenarnya arah mata kita ke area kosong. Yang ini, membantu kita tetap fokus, baik dengan urutan acara yang kita pandu saat jadi MC. Tentu juga materi apapun yang telah kita siapkan ketika akan menjadi narsum.

Nah, sekarang, sudah siap kan jadi MC atau narsum sesuai bidang ilmu yang kamu kuasai. Selamat bekerja ^^
Bunsal
Hi, you can call me Bunsal, despite of my full name at my main blog domain. A mom blogger based on Lombok, Indonesia. I do blogging since 2005 and lately using my new email and the domain, start on 2014.

Related Posts

13 comments

  1. Jadi MC itu kayaknya ga cuma modal pede aja ya. Banyak yang harus dipelajari baik yang basic seperti diksi, intonasi dan delivery. Hingga kemampuan lanjutan seperti refleks jika terjadi sesuatu dalam acara, kemampuan mencairkan suasana dan menarik perhatian peserta.

    Aku pernah nyoba dan hasilnya KRIIIK wkwkwkwk

    ReplyDelete
  2. trims untuk tips dan trik nya mb.. pas banget bih buat saya yg mau nggak mau harus sering bicara di depan umum krn tuntutan kerjaan. meski sudah jadi bagian dari pekerjaan, tetap saja kadangkala saya masih merasa grogi di awal2 pembicaraan..hehe .

    ReplyDelete
  3. jadi MC ini memang perlu banyak latihan ya, mbak dan belajar ilmu publik speaking juga. kalau saya belum pernah sih ada pengalaman jadi MC ini tapi penasran juga pengen nyoba

    ReplyDelete
  4. Saya pernah jadi MC waktu acara kantor, Mba. Saat itu saya deg-degan parah sampe suara gemetaran. Untungnya saya segera menguasai diri, Lama-lama deg-degannya hilang

    ReplyDelete
  5. Nggak mudah memang menjadi MC terlebih narasumber yang harus berbicara di depan orang banyak. Apalagi buat yang pemalu.

    Rasanya berdiri di depan orang banyak saja sudah buat grogi. Apalagi sampai cuap-cuap panjang lebar memandu acara atau memaparkan serangkaian informasi.

    Harapan nggak kencing berdiri pasti udah dipanjatkan sejak pertama kali masuk ruangan.

    Sehingga, membaca dan menerapkan tips menjadi MC begini sedikit banyaknya akan sangat membantu sih. Apalagi kalau kita udah punya jam terbang.

    ReplyDelete
  6. Ah, tulisan ini mengingatkan ku saat awal2 harus bicara di depan publik. Aduuh..grogiii.. Tapi lama2 berkursng jg groginya meski blm sampai hilang sama sekali sih..haha.. Dan setuju banget bahwa belajar belajar dan teruuus belajar itu poin penting.

    ReplyDelete
  7. Semua orang punya caranya sendiri ya ternyata dalam mengatasi mual mules ketika bicara di depan publik.

    Kalau saya sih yang paling efektit selama ini adalah dengan mempelajari materi sebelum tampil dan, holding on something ketika tampil (misal, bolpoin).

    So far it works well on me.

    ReplyDelete
  8. Kenapa yah...ngomong di depan banyak orang (publik speaking) ini gak pernah terasa mudah?
    Selalu penuh dengan rasa deg-degan dan kadang kalau ditonton ulang rasanya pengen mengulang waktu.

    Memang berlatih dan jam terbang ini gak bisa bohong sih..

    ReplyDelete
  9. Secara teknis, menjadi MC memang bukan hanya soal mengatasi grogi saat berbicara di depan umum. Ada juga public speaking skill yang harus dipelajari dan dikuasai mulai dari vokalizing, produksi suara, intonasi, pemilihan kata, pernafasan. Setelah materi dasar tentang vokal, MC juga harus punya wawasan yang luas, referensi ice breaker, mampu menganalisis dan mengamati audiens dalam waktu singkat dan cepat.

    Memang tak mudah untuk bisa menjadi MC professional. Butuh latihan dan memperbanyak jam terbang.

    ReplyDelete
  10. jadi MC itu kelihatan mudah tapi susah loh soalnya saya pernah menjadi mC satu kali pada acara kantor. walau sempat gugup dan demam panggung, alhamdulillah acara berjalan lancar

    ReplyDelete
  11. Nomer 3 menurutku penting banget. Karena dengan belajar, maka kita akan membuka banyak wawasan, termasuk bagaimana mengembangkan diri yang pemalu menjadi pribadi yang lebih luwes di depan publik.

    ReplyDelete
  12. Wihhh keren, aku pertama kali jadi MC nervous banget, soalnya diliat banyak orang dan pertama kalinya banget. Tapi karena keseringan ditunjuk jadi biasa aja sekarang, tinggal narasumbernya nih belum pernah hha

    ReplyDelete
  13. Kalo jadi MC acara seperti pengajian sih pernah mbak, ato acara komunitas gitu, cuman ga jauh2 tetap harus bawa kertas dri awal hingga akhir
    Tpi klo jadi MC untuk bidang yng dimiliki gitu, belum pernah dicoba, apalagi yang melibatkan narasumber begitu, ya perlu kekuatan lebih dan keberanian untuk diri yang kurang percaya diri dalam mengungkapkan secara langsung

    ReplyDelete

Post a Comment