Link Banner

Human Library Perpustakaan Lembah Hijau dan Sanggar Baca Bhavana, Empati dan Toleransi Pecinta Literasi

Awal Maret lalu, satu kegiatan literasi besar berlangsung di Lombok Timur. Pelatihan Human Library bertajuk ‘Membangun Empati dan Toleransi Terhadap Perbedaan’, diselenggarakan oleh Perpustakaan Lembah Hijau dan Sanggar Baca Bhavana, berlangsung dua hari di akhir pekan. Sabtu dan Minggu, 2 sampai 3 Maret 2024. Saya merasa sangat beruntung, dipercaya menjadi salah satu ‘Buku Hidup’. Total sekitar 20 peserta yang terpilih, datang dari seluruh pulau Lombok, bahkan beberapa orang hadir dari pulau Sumbawa. 

Sempatkan berfoto di depan banner yang terpasang di gerbang depan Lembah Hijau. Dokpri

Buku Hidup-nya sendiri, berasal – hampir, dari seluruh Indonesia. Konsep relawan tidak menyurutkan langkah beberapa tokoh yang datang dari pulau Jawa. Lokasi utama pelatihan, di Lembah Hijau, desa Ijobalit, kabupaten Lombok Timur. Kalau dari rumah saya, sekitar setengah jam bermotor.

Semakin Kenal Konsep Human Library di Hari Pertama

Hasil mengobrol singkat dengan ‘pembaca’ saya, Baiq Prajnya Paramitha Irawan, Sabtu 2 Maret, semua peserta dibekali ilmu mendasar untuk bisa menggali sebanyak mungkin info atau pengetahuan yang mereka butuhkan dari para ‘buku hidup’. Dilanjutkan dengan cara mengolah info yang terkumpul menjadi satu tulisan utuh.
 
Di rilis resmi info kegiatan, tiga rangkaian pengetahuan didapatkan peserta pelatihan;
Peserta pelatihan berkemah semalam di halaman luas Lembah Hijau yang kini juga eksis dengan perpustakaan yang gunakan nama sama. Dokpri
Satu, Pengenalan Human Library. Lalu Abdul Fatah, Founder dan Owner Perpustakaan Lembah Hijau menyebutkan, ia cukup terkejut menemukan fakta bahwa kegiatan ‘Human Library’ belum pernah diadakan di provinsi Nusa Tenggara Barat — NTB. Selanjutnya, ia berbangga bisa melaksanakan yang pertama.
Saya dan dua peserta pelatihan. Setelah wefie ini, kami segera saling mengikuti di sosmed IG. Dokpri
Dua, Materi dan Praktik Komunikasi secara Empatik. Materi yang menarik. Menurut saya, teknik ini penting untuk bisa menggali serta mendapatkan sebanyak mungkin info yang ‘ndaging’ dari para buku hidup.
Wefie saya dan Anya. Semoga mimpi besarmu tercapai ya nak. Aamiin. Dokpri
Tiga, Materi dan Praktik Menulis Esai Reflektif. Bekal pengetahuan ini, membantu para peserta menuliskan dengan baik setiap informasi yang didapatkannya dari para buku hidup. Utamanya yang terkait dengan empati dan toleransi terhadap perbedaan.

Empatik Ditambah Toleransi, Hak Dasar Setiap Kita dan Bagaimana Memiliki Keduanya

Sekitar 20 orang para ‘buku hidup’ berasal dari berbagai latar belakang profesi. Mantan dosen yang sampai resign demi lebih fokus menjalankan yayasan yang khusus peduli pada anak-anak ABK, dosen atau guru aktif, pekerja NGO, atau juga saya yang ‘berani’ memilih sebagai ‘full time blogger’. Profesi kepenulisan yang relatif masih dianggap bukan kelompok pekerja. 
Sebagian para 'Buku Hidup' di momen penutupan. Dokpri
Dr. Sawitri Retno Hadiati, misalnya. Aktif sebagai dosen di Fakultas Kedokteran PTN besar di Surabaya, ia memilih melepas profesinya ini, mendirikan yayasan yang peduli ABK serta mengelola yayasan ini sampai sekarang. Sayangnya, tidak ada informasi umum untuk para ‘buku hidup’ lainnya. Jadi, saya tidak bisa menuliskan ulang, sedikit gambaran dari kisah mereka.
Wefie lainnya. Seorang pecinta literasi sekaligus owner satu UMKM dari Lombok Barat. Sukses selalu ya pak. Dokpri
Saya pribadi, turut larut dengan mimpi besar Anya (panggilan kecil dari ‘pembaca’ kisah hidup saya). Bagaimana ia yang begitu cinta dengan dua aktivitas literasi utama, yakni membaca dan menulis, hendak mengkombinasikannya dengan kesukaannya ‘begelamang’. Dalam kata Sasak, referensi kata ‘begelamang’, sedikit banyak mirip dengan konsep kata ‘travelling’. Anya sampai merasa merinding – sebenarnya saya juga, di titik ketika ia merasa ‘berjodoh’ dengan kisah saya selama ‘blogging’.
 
Trip wisata dan menginap di atas kapal laut, ke spot wisata dunia, Labuan Bajo. Ada pula trip 3 hari dua malam ke Jogja, bahkan sampai bisa merasakan penerbangan bersama satu maskapai tertinggi nasional. Pernah pula trip wisata 6 hari 5 malam, eskplor Lombok, diberikan uang saku pula. Semuanya berkat menulis. Semoga juga, di satu hari nanti, bisa didapatkan dan dirasakan Anya.
Mamiq Selamet Sahak, selalu lekat dengan eksisnya Lembah Hijau. Dokpri
Di momen penutupan, Miq Fatah (panggilan kecil Lalu Abdul Fatah) juga mengisahkan, betapa pencapaiannya berkat membaca dan menulis, membuatnya merasa beruntung. Terasa disempurnakan, ketika ia berjodoh dengan putri ketiga Lalu Selamet Sahak. Tokoh besar lingkungan yang kemudian mendirikan, lalu beberapa waktu kemudian -- membuat terkenal, Lembah Hijau, di satu desa yang pernah jaya dengan penambangan batu apung dan kini sedang bertransformasi menjadi destinasi dengan penguatan literasi – perpustakaan Lembah Hijau.
Salah seorang 'Buku Hidup' sampaikan sambutan di momen penutupan pelatihan, aktif mengajar juga aktif di komunitas guru. Dokpri
Miq Fatah, Miq Selamet, dr. Sawitri, sebagian dari tokoh-tokoh besar yang kisah mereka hadir pada pelatihan Human Library. Sejatinya, setiap yang terlibat di acara ini, adalah tokoh besar dari kisah hidup versi mereka masing-masing. Semoga Anya, juga 19 peserta pelatihan lainnya, mendapatkan ibrah, lalu semakin teguh berpegang pada komitmen mereka, untuk menjadi tokoh-tokoh besar selanjutnya.
 
Semoga, aamiin.
Bunsal
Hi, you can call me Bunsal, despite of my full name at my main blog domain. A mom blogger based on Lombok, Indonesia. I do blogging since 2005 and lately using my new email and the domain, start on 2014.

Related Posts

18 comments

  1. Kegiatan yang sangat bermanfaat demi keberlanjutan semangat literasi di sana. Salut juga sama Bu Sawitri yang rela melepaskan pekerjaannya demi terjun langsung dalam mengelola yayasan ini. Semoga akan lebih banyak orang yang kepikiran untuk bikin kegiatan serupa. Amiiiin.

    Btw Fatah udah pernah ke Palembang. Tinggal Mbak Mus yang belum :D Ditunggu kehadirannya di sini.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin ya Allah. Sungguh sangat ingin main jauh ke Palembang.
      Semoga jd spot super pertama menjejak di pulau Sumatera.

      Aamiin yg dalam juga utk doa baik pertama.

      Delete
  2. Aku baru tahu ada konsep human library ini. Intinya, saling sharing dan terbuka tentang pengalaman hidup masing2 ya... wah kalau ga blogwalking ga akan pernah tahu konsep ini... keren sih istilahnya, dan outputnya sangat positif dari yg aku baca ini. Keren, keren...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, tampiasih ya kak. Auto meninggalkan jejak juga di post ini.

      Aamiin, mudahan sirkel kak Calvin juga segera adakan kegiatan begini.

      Delete
  3. Kegiatan yang menarik Bun. Semoga ilmunya selalu bermanfaat. Dan semoga kegiatan seperti ini sering dilakukan di Lombok. Amin

    Sudah lama gak jumpa bun. Hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin mas Dit.
      Iya nih.. Aktivitas di Mataram makin sedikit, belum ada lagi acara blogger yang rame-rame.
      Semoga bisa segera nge-event bareng yaaa..

      Delete
  4. Wahh beberapa bulan lalu suami dinas ke Lombok tapi saya blm pernah ke sana. Penasaran ama human library ini. Udh lamaa jg ga ketemu Fatah, terakhir ketemu pas Saladin masih batita (waktu Fatah masih kuliah di Malang).

    Itu acara yg ada bapak yg org Pakistan ya? Maaf lupa namanya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mbak Vi. Saya juga nyari-nyari nama bapak asal Pakistan tsb, belum ketemu juga. Jadilah pasang foto saja 😁

      Delete
  5. Aku membaca ulang, Buku Hidup? Maksudnya gimana teh?
    Ehh ternyata sama sama sharing tentang perjalanan dan pengalaman masing masing
    Pantas saja dinamakan Human Library

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyak, benar sekali..
      Isi bukunya ya kisah-kisah dari para buku hidupnya sendiri

      Delete
  6. keren banget Mbak itu acaranya, pesertanya juga beragam ya.
    asyiknya bisa ikut hadir menimba ilmu langsung di acara seperti ini.
    semoga di daerah-daerah lain juga nanti ada ya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mbak Diah.
      Aamiin ya Allah.
      Jadi, aktivitas literasi juga bisa tetap atau bahkan semakin eksis ya

      Delete
  7. Aku baru tahu sih mba kegiatan
    seperti ini 👍😍. Bagus bangetttt krn informasi langsung dari saksi hidup yaa. Dan menarik sih tema yg diusung, empati dan toleransi, yg mana ini rasanya semakin hilang dari sekitaran. Ntah aku yg aja yg merasa, atau memang seperti itu.

    Salut utk semua relawan yg datang apalagi jauh dari pulau Jawa dan pulau lainnya ke lombok.

    Peserta pasti mendapat pengalaman ga terlupakan trutama bisa menginap semalam di tenda 😄👍

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya tuh mbak Fanny.. Perjuangan kita bersama, tebar virus empati dan toleransi agar semakin me'wabah'..
      Perbedaan itu sudah fitrah. Menyikapi dengan empati dan toleransi yang perlu terus dipelajari, dipertahankan dengan konsisten dan selalu perlu ditularkan sepanjang waktu.

      Delete
  8. Human Library ini acara rutin yaa, ka?
    Seru dan pastinya bisa saling berbagi banyak hal dan banyak kebijaksanaan dalam hidup. Yang paling seru juga bertemu sahabat sesama Buku Hidup dalam beberapa hari. Pengalaman yang tak terlupakan.

    ReplyDelete
  9. Menarik sekali nih konsepnya, saling bertemu dan bertukar cerita tentang pengalaman masing-masing di bidang literasi. Apalagi sambil camping pula, rasa kebersamaannya pasti berasa banget nih.

    ReplyDelete
  10. salut banget nih sama Fatah yang terus konsisten dalam membangun literasi di daerahnya. jadi ingat dulu pernah ketemu sama Fatah pas masih di Surabaya

    ReplyDelete
  11. aku tau fatah dari zaman dia kayaknya masih stay di surabaya, dulu cukup sering komunikasi lewat chat, terus di tambah fatah bikin buku tentang lombok dan ada beberapa destinasi dia yang aku ikuti waktu aku ke Lombok
    teruss waktu momen Moto GP kemarin, kayaknya komunikasi aku yg terakhir, sayangnya waktu itujuga ga sempet ketemuan

    seru banget acara ini mbak, salut sama jiwa literasi Fatah yang masih bertahan sampe sekarang

    ReplyDelete

Post a Comment