Link Banner

Sunset Pantai Baha Baha dan Gula Aren Tongo di Sekongkang, Seger Betemue ke Sumbawa Barat

Sia datang sangka kuangkang 
Mule ku santuret kemang 
Lema mampis bawa rungan - Lawas Sumbawa
Lebaran Idul Adha dirayakan kurang dari 24 jam. Namun, yang tampak di hadapan, bentang lautan serba biru. Samar di kejauhan, pemandangan hijau dari lereng sisi timur Gunung Rinjani. Jauh di sisi kanan pandangan, beberapa siluet dari gili-gili cantik di Lombok Timur membayang. Lapat saya mengeja, ‘Yang pasirnya tampak putih, mestinya Gili Kondo dan Gili Bidara. Dekat dari dua gili indah ini, ada Gili Petagan. Gili yang hijau oleh mangrove. Tentu dengan pemandangan dasar laut nan bening.’

Iya, saya sedang di perjalanan pulang menuju Lombok. Pembuka di atas, tampak dari roof top satu kapal laut. Sekali ini, sungguh saya tak ingat untuk mencatat namanya. Pagi, di Senin 19 Juli 2021 lalu.

Seger Betemue: Literasi Digital Millenials ke SMAN 1 Sekongang, Sumbawa Barat. Dokpri

65 siswa MPLS SMAN 1 Sekongkang dan Pengurus OSIS. Dokpri

Modul pertama dari Founder www.selongblogger.com Muslifa Aseani. Dokpri

Modul kedua, 'Makin Kenal GenPI Lombok Sumbawa' oleh Subhan Azharullah. Dokpri

Salah seorang Pengurus OSIS yang sebutkan cepat belasan sosial media hanya dari logonya. Dokpri

Narsum modul ketiga, 'Creative Digital with IGTv' oleh Nurliya N.R. dari Kitapixel Lombok. Dokpri

Pulang dari perjalanan akhir pekan, ke satu acara digital. Yakni, Seger Betemue: Literasi Digital Millenials ke SMAN 1 Sekongkang, kabupaten Sumbawa Barat. Tiga modul tersampaikan di acara ini. Yang pertama, modul ‘Bangun Kebiasaaan Bahasa Yang Baik dan Benar di Dunia Digital’, saya sampaikan mewakili Selong Blogger (Seger) Community. Satu komunitas pemberdayaan perempuan yang baru saja lahir di 11 Juli 2021. Modul kedua, ‘Makin Kenal dengan GenPI Lombok Sumbawa’, disampaikan Divisi Humas GenPI, Subhan Azharullah. Modul ketiga ‘Creative Digital with IGTv (17 IGTv/Reels Ideas), disampaikan Digital Collaborator Kitapixel Lombok, Nurliya N.R.
 

65 Siswa Baru SMAN 1 Sekongkang di Seger Betemue


Sabtu, 17 Juli, tepat pukul 13:30 siang, 65 siswa baru yang sedang melaksanakan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) telah duduk rapi di Balai Serbaguna ‘Balong Rungan’. Ruangan luas bercat interior kuning terang ini, berada persis di kompleks SMAN 1 Sekongkang. Satu baris kursi di tengah para siswa kelas X ini, duduk rapi para pengurus OSIS. Rangkaian acara Seger Betemue selama dua hari, dibuka dengan sambutan-sambutan.

Sri Rohayah S.E., Wakil Kepala Sekolah Bagian Kurikulum, menyampaikan sambutan pembuka. Ia berharap, acara literasi digital ini bisa memantik semangat belajar siswa. Bahwa meski sedang berada di tengah pandemi dan penerapan Belajar Dari Rumah (BDR), dunia digital bisa tetap dimanfaatkan secara positif. Sambutan kedua disampaikan Ketua Komite SMAN 1 Sekongkang, dan mengajak anak-anak untuk aktif bertanya agar bisa mempraktekkan pengetahuan dari modul-modul yang disampaikan selama acara.

Dua sambutan diatas, sebagai perwakilan dari harapan terbaik Kepala Sekolah SMAN 1 Sekongkang, Sugrawati S.Pd. Terpaksa tak hadir karena ada acara penting lainnya, Ibu Sugrawati berharap, kegiatan Literasi Digital Millenials dapat dimanfaatkan siswanya sebagai dasar dan bekal positif bersosial media.

"Saya harap para siswa dapat menyerap pengetahuan dari tiga modul yang disampaikan. Ke depan, semua potensi di Sekongkang bisa mereka promosiakan secara digital. Interaksi mereka dengan gadget dan internet juga jadi lebih bermanfaat lagi," demikian tegasnya.

Serunya hunting konten bareng, berburu sunset Pantai Baha Baha Sekongkang. Dokpri

Indahnya pantai Baha Baha Sekongkang, pasir putih halus sampai seperti butiran merica, landai, juga ombak tinggi untuk surfing. Dokpri

Prokes ketat selama berkegiatan. Saling mengingatkan untuk selalu kenakan masker. Dokpri

Sudut cantik lainnya di Pantai Baha Baha Sekongkang. Dokpri

Untuk sunset indah Pantai Baha Baha Sekongkang, saya akan selalu mau kembali. Dokpri

Usai sambutan, penyampaian modul dilaksanakan sampai sekitar pukul 4 sore, diselingi dengan berbagai kuis dan gimmick. Tepat pukul 5, seluruh rombongan bergerak menuju Pantai Baha-Baha. Pantai cantik di Sekongkang ini, menjadi tempat praktek pembuatan video atau foto menarik yang disertai ‘caption’ informatif. Momen ini diagendakan sebagai ‘sunset hunt’, dimana peserta kegiatan melakukan pembuatan konten foto atau video, baik secara perorangan atau kelompok. Lalu, konten-konten ini diberikan keterangan dengan narasi yang baik dan dipromosikan secara digital.

Gula Aren Desa Tongo, Sekongkang


Minggu, 18 Juli, di agenda sebenarnya kembali ada ‘sunrise hunt’. Program yang diniatkan untuk mengoptimalkan promosi destinasi-destinasi wisata terbaik di Sekongkang, bersama-sama dengan para sisa peserta kegiatan literasi digital. Sayangnya, pagi itu Sekongkang diguyur gerimis. Mendung menggantung sampai sekitar pukul 9 pagi. Akhirnya, program berikutnya, liputan langsung proses pembuatan gula aren alami di Desa Tongo segera dilakukan.

Pasangan Hasan dan Nurhasanah, telah puluhan tahun mengolah sendiri air nira dari sekitar 400 pohon enau di kebunnya. Ketika panen air nira melimpah, ia harus dibantu orang lain dan pengupahan dilakukan dengan sistem bagi hasil. Pak Hasan akan mengambil 3 tumpuk gula aren, dari setiap 10 tumpuk gula aren yang dihasilkan karyawan lepasnya.

“Kebun saya diremajakan secara alami. Pohon-pohon enau baru tumbuh sendiri dari biji masak yang jatuh ke tanah. Jadi, praktis saya hanya dibantu, saat panen air nira melimpah. Kalau masih di bawah 50 pohon, saya cukup dibantu istri. Tapi, kami biasanya jadi produksi gula aren dua kali sehari. Pagi untuk mengolah air nira yang sudah diendapkan semalam, hasil panen di kemarin pagi. Begitu seterusnya, beurutan. Sesuai waktu panen air niranya sendiri,” jelas Hasan, sembari membungkus satu tumpuk gula aren hangat dengan daun pisang kering.

Gula Aren Tongo akhirnya jadi juga. Dokpri

Pak Hasan dan Ibu Nurhasanah. Di sudut kanan, pintu masuk ke kebun Pohon Enau mereka. Dokpri

Daun di resep rahasia Gula Aren Tongo. Gula jadi anti lengket. Dokpri

Ibu Nurhasanah dan dapur produksi sederhananya. Dokpri

Kebun Pohon Enau Pak Hasan dan kontur alam Sekongkang yang serba alami. Dokpri

Proses menjadi gula aren cukup lama, akhirnya rombongan sarapan bersama di Pantai Cemara Sekongkang. Pantai ini dekat dari rumah Pak Hasan. Pantai cantik dengan deretan pohon cemara, beberapa gazebo untuk duduk bersama dan memandang laut lepas yang langsung berbatasan dengan Samudera Hindia. Satu dari banyak pantai cantik Sekongkang yang lain, atau, sisi selatan Pulau Sumbawa.

Usai sarapan, kembali kami menuggui sampai selesai, beberapa tangkup gula aren. Satu wajan tanah liat besar, juga di atas tungku tanah liat sederhana, aroma khas gula aren nan manis menguar. Tunggu punya tunggu, meski sudah matang, bahan gula aren harus didinginkan dulu dengan tetap diaduk di wajan. Ssst, dua resep rahasia gula aren Pak Hasan, satu tutup botol minyak spesial dan satu jenis daun khusus sebagai alas mangkuk kelapa cetakan gula.

Setelah cukup dingin, gula dituang ke cetakan. Alas daun khusus, membuat gula tidak lengket. Cukup digerakkan dengan ujung telunjuk, setengah dari satu tangkup gula aren siap dikemas. Pak Hasan membungkusi satu tangkup gula aren dengan cekatan. Selama membungkus, beragam kisah ia ceritakan, membuat kami yang asyik menunggu gula arep sebagai oleh-oleh spesial Sekongkang, betah menemaninya.

Sekongkang Sebagai Adventurous Tourism Spot


Saya pernah ke desa Tongo, dalam satu liputan khusus Koran Kampus Media Universitas Mataram. Dulu, di tahun 2000an. Tak banyak yang saya ingat. Yang jelas jauh berbeda dengan kondisi saat ini, jalan-jalan raya menuju dan kembali dari Sekongkang, lebar dan nyaman. Pantai-pantai cantiknya telah banyak dilengkapi akomodasi berbagai jenis hotel atau homestay.

Yang unik, saat akhirnya bisa blusukan ke pasar tradisional Sekongkang, lidah saya auto bercakap dalam Bahasa Sasak Lombok. Haha. Cerita punya cerita, Kepala Sekolah SMAN 1 Sekongkang, Sugrawati S.Pd. mengisahkan bahwa kota kecil ini memang banyak ditinggali imigran dari Pulau Lombok. Wah, pantas saja, Ibu Kepsek yang asli Sumbawa, juga fasih berbahasa Sasak Lombok.

Selama tiga hari tiga malam di Sekongkang, tak habis-habis pantai cantiknya untuk dinikmati. Pantai Baha-Baha, Pantai Tropi, Pantai Cemara dan masih banyak lagi pantai cantik lainnya. Ah ia, sebelum terlewat, ini cara saya sampai di Sekongkang dari kota Selong, Lombok Timur.

Pertama, memesan kursi di Travel Sekongkang Trans. Harga tiket 125K idr per orang, dengan pool utama di kota Mataram (jalan Majapahit). Pilihan travel lebih nyaman, karena akan diantar langsung sampai alamat tujuan. Transportasi lain, bisa dengan naik damri, motor atau rental mobil. Perjalanan cukup jauh (ternyata). Saya yang naik di depan Masjid Jami’ Masbagik Lotim, pukul 9 malam, sampai di Sekongkang sekitar jam 2 pagi.

Kedua, kejutan langsung di malam pertama sampai di Sekongkang. Jam 2 pagi, rekan narsum saya yang memiliki keluarga, seorang Kades Desa Kemuning menyebutkan kamar yang saya inapi adalah putri pak kades yang sedang mondok di Lombok. Terlalu mengantuk, saya hanya membatin, “Well, jangan bilang mondoknya di Pesantren Alam Madrasah Sayang Ibu (PAMSI)’. Kata batin yang justru menjadi nyata. Saat subuh, ibu Kades yang sedang membantu anaknya bersiap ke sekolah, menyebutkan bahwa putrinya ‘MEMANG’ mondok di PAMSI. Makin surprises, putrinya adanya Najwa Kamila. Seorang santri, yang tahun lalu baru saja masuk di kelas 7 Tsanawiyah dan sering saya peluk setiap mau mulai pelajaran pagi. MashaAllah. Di rumah Najwa pula, jadi bisa bersantap dengan kuliner khas Sumbawa, Sepat Ikan. Alhamdulillah.

Ketiga, potensi besar pariwisata Sekongkang di masa depan. Perjalanan event literasi digital ini, berlangsung dengan prokes ketat dan mati surinya pariwisata secara umum. Namun, saya membayangkan ramainya Sekongkang ketika kondisi sudah pulih. Pasir putih di banyak pantai cantiknya, akan menjadi magnet wisata yang menarik. Lidah ombak yang tinggi di Pantai Tropi, akan menjadi surga para surfer. Untuk kuliner sederhana, ada yang berjualan nasi kuning untuk sarapan, serabi lak-lak a la Lombok, serta kuliner khas pasar tradisional lainnya. Memang tak lengkap, tapi, untuk konsep wisata petualangan, 3A yang ada di Sekongkang, relatif memadai.

Pantai Cemara Sekongkang di minggu pagi yang mendung. Dokpri

Jenis-jenis wisata petualangan, trabas, jeep eksplor, surfing, tiga wisata yang bisa dikembangkan dengan baik. Demikian juga wisata keluarga untuk wisatawan domestik. Saya, tentu akan selalu menerima, untuk kembali ke Baha-Baha, Tropi atau kebun nira Pak Hasan. Kamu bagaimana? Mau main kemana kalau eksplor Sekongkang?

Kuterima kedatangan Anda dengan terbuka
Pulang kami sertakan sekuntum bunga 
Supaya membawa berita yang harum - Arti Lawas Sumbawa di pembuka tulisan

Related Posts

There is no other posts in this category.

6 comments

  1. Aaak...pantai yg cantiiiik ���� Oya selamat sdh berkegiatan dg sukses ya mba.. Senang bisa berbagi dg tunas2 muda itu..

    ReplyDelete
  2. Bagus banget pemandangannya, jadi pengen ke sana, semoga bisa ya ke sana sekeluarga aamiin

    ReplyDelete
  3. Indah sekali pemandangan pantainya. Jadi kangen pantai karena sudah lama sekali aku nggak piknik ke pantai. Acaranya seru ya, Mbak. Jadi teringat masa SMK dong aku setelah baca postingan ini. Soalnya anak SMK tuh lumayan sering ada acara yang menarik seperti ini.

    ReplyDelete
  4. seru banget bisa ngeliat sunset bersama :D So Sweet

    ReplyDelete
  5. Wilayah Lombok memang cakep banget sih pantainya. Udah berapa lama aku berencana berwisata ke Gili-gili itu. Tapi apalah daya, tangan masih belum sampai.

    Nggak banyak gula aren tersedia saat ini. Menyenangkan ya Kak, liburan sambil belajar bagaimana pengolahan air nira sampai menjadi gula aren.

    ReplyDelete
  6. Lombok gak dipungkiri pantai nya cantik-cantik. Gula aren Tongo ukurannya besar, mengingatkan aku waktu kecil pernah diajak lihat tetangga desa bikin gula aren di Kudus. Ukurannya juga sebesar Gula Aren Tongo

    ReplyDelete

Post a Comment