Link Banner

Manfaatkan Sifat Peniru Anak Untuk Kebiasan Serba Baik

Jika kita adalah salah satu orang tua yang suka bertanya ke mbah Google, kalimat satu ini biasanya sering muncul. Kalimat peringatan sekaligus pengingat, bahwa anak-anak ya takkan jauh dari perilaku keseharian orang tua mereka. Kalimatnya, kurang lebih dituliskan sebagai 'Anak adalah peniru yang ulung' alias 'Copy cat orang tua mereka'.

Penyajian kopi ala Bakers Corner di Mataram, Lombok. Pas order, saya minta tak bergula. Tapi, tergoda juga akhirnya sendokkan gula palem. Dokumentasi pribadi

Kalimat ini kerap didukung beberapa video, seringnya sih lucu, karena anak-anak benar-benar meniru plek ketiplek salah satu perilaku orang tua mereka. Misal, balita baru berjalan yang persis seperti cara berjalan ibunya. Video terakhir yang sempat saya lihat melintas di sosmed Twitter, seorang balita meniru cara berjalan ibunya yang sedang hamil tua. Perut tambunnya bahkan sengaja dimaju-majukan, seolah masih juga kurang persis caranya meniru.

Dear sesama ibu, apakah Anda juga pernah memiliki pengalaman lucu yang sama?

Kegemaran Ngopi Hasil Meniru Ulung Anak-Anak?

Nah, lalu, bagaimana dengan kesukaan ngopi? Meminum kopi tepatnya. Di saya, empat generasi tampaknya terbukti. Almarhumah nenek dari garis ibu, pengopi berat. Dua batang rokok kretek favoritnya, juga wajib ditemani dua gelas kopi. Di pagi dan sore hari menjelang maghrib. Yang 'ditiru' orang tua saya, syukurnya, hanya kebiasaan ngopi saja. Almarhum bapak tidak merokok, apalah lagi ibu. Dari enam bersaudara, hanya adik lelaki saya yang mengidap schizhopernia dan adik lelaki terkecil yang merokok. Kakak sulung dan adik nomor 4, tidak.

Siapa generasi ketiga dan keempat yang melanjutkan kesukaan ngopi? Saya dan suami, lalu anak bungsu saya yang baru kelas 7 SMP.

Pas anak-anak tahu hobi menulis saya, yang di'gandeng' dengan konsep 'travel blogger', sempat mereka ingin meniru. Di akhir tahun ini, si sulung lebih suka di F & B Services, si bungsu ingin sekolah STM yang 'bagian bikin mesin-mesin itu lho'. Satu trip motoran dengan tamu solo traveler, ke Gili Trawangan Lombok. Dokumentasi pribadi

Koq bisa? Rasanya memang masih sekadar meniru.Saya sungguh lekat dengan kesukaan meminum kopi. Beberapa relasi, teman, atau sahabat, bahkan tak perlu diminta untuk buatkan kopi hitam tak bergula. Sedikit pengalaman lucu, ada owner atau barista cafe yang sampai pun perlu mempertanyakan permintaan kopi saya.

"Ibu yakin pesan V60 dan tanpa gula?"

"Machiato yang ibu minta pahit betul lho bu. Yakin?"

"Akhirnya saya bertemu pembeli yang memesan kopi yang sungguh-sungguh kopi. Boleh kita ngobrol tentang kopi?"

Kalimat terakhir, dari owner cafe di salah satu pinggir jalan raya di kota Mataram. Hanya karena memesan V60 dan Vietnam Drip, ia sampai menyajikan pula Cold Brew super enak dari koleksi kopinya dari Jawa Barat sana. Eh lho, kenapa ngobrol kopinya jadi kepanjangan :D

Manfaatkan Kecenderungan Meniru Untuk Hal Positif

Sekarang pertanyaannya, baik atau buruk kah kecenderungan meniru ulung ini? Tergantung. Sebagai orang tua, seringkali kita memang harus selalu selangkah lebih depan dari anak-anak. Maksudnya begini. Ketika kita ingin anak-anak kita menjadi seseorang yang penyabar, mustahil mendapatkan kondisi tersebut jika kita sebagai orang tuanya justru terbiasa serba buru-buru, super pengeluh, dan sikap-sikap lain yang sangat kontras dari kata 'sabar'.

Wah, walau pun tentu saja, sebagai manusia ada saat kita pun tak luput dari sifat manusiawi. Bahwa kadang kita pun bisa berada di titik, "Is it really okay not to be okay?" Kondisi begini, bagaimanapun, semacam mirip dengan diskusi tak habis-habis antara ASI versus Susu Formula. Atau melahirkan normal versus tindakan kelahiran lainnya.

Terus, bagaimana dengan peniruan kesukaan meminum kopi? Bagi keluarga saya, sebisa mungkin tetap dibatasi. Meski termasuk orang tua yang sempat 'kemakan' mitos, sesendok kopi hitam diyakini bisa membantu mencegah step alias kejang demam. Dulu, pas ngang ngong dengan anak pertama. Anak kedua, sudah lebih 'melek literasi'. Faktanya, anak sulung yang pas balita, walau sekarang suka Americano Ice tak bergula, keseringannya ngopi terhitung masih kalah oleh adiknya -- yang sebenarnya menyesap satu dua dari mug kopi saya atau ayahnya. 

Masih di Bakers Corner. Semacam harus datang ulang dan bisa memotret lebih banyak sudut-sudut di spot ini. InsyaAllah, aamiin. Dokumentasi pribadi

Tambahan peringatan dari saya, "Nak, please, kalau bisa ndak usah sampai merokok ya. Kan sudah banyak contoh dekatnya tuh. Mbah Kakung almarhum, pakde dan om. Biar bisa gendong bunda kalau sehat sampai tua nanti."

Kalimat terakhir, efek nonton drakor pastinya ^^

Bunsal
Hi, you can call me Bunsal, despite of my full name at my main blog domain. A mom blogger based on Lombok, Indonesia. I do blogging since 2005 and lately using my new email and the domain, start on 2014.

Related Posts

8 comments

  1. Kurang lebih sih 'iya' ya. Aku ngga ngerokok, salah satunya karena orangtuaku ngga ngerokok juga.
    Mangkanya sebisa mungkin aku juga pengen 'ngeprogram' anakku yang baik-baik di masa pertumbuhannya. Salah satunya ya dengan banyak nyontohin yang baik-baik juga.

    ReplyDelete
  2. Paham banget gimana anak kecil itu bisa menjadi peniru ulung dari orang tua. Tuh kayak keponakanku. Ada kalanya dia manggil emaknya dengan nama meski dengan logat cadel. Karena mengikuti sang nenek yang sering manggil iparku dengan nama saja. Hehehe

    ReplyDelete
  3. Jadi inget keluarga dari mbah, mbak
    Juga ada kebiasaan minum kopi, kopi yng dibikin sendiri dr kebun dan diolah sendiri, biasanya diseruput pas pagi atau sore hari
    Dari mbah, anak2nya pun ikut terbiasa minum kopi mbak
    Pun emakku juga. Tapi skrg udh jarang bikin, b
    Klau pengen aja bikin
    Nah, yg kebiasaan mbah *nginang* itu udah ga ada yg nerusin hehehe
    Btw kuat banget itu mbak minum kopi pahitnya

    ReplyDelete
  4. Anak itu peniru ulung, jadi semoga bisa memberikan contoh yang baik baik ya mba. Kalo untuk keluarga ku, anakku yang sulung tidak suka kopi. Dia sukanya minum air putih kayak aku meski serumah hobinya ya minum air putih.

    ReplyDelete
  5. Anakku kebetulan spesial dan dia sekarang ada di fase mirroring. Sukanya meniru perkataan dan perbuatan orang lain. Makanya kami serumah harus hati-hati banget bersikap. Takutnya si anak menangkap hal-hal yang buruk dari ucapan atau perbuatan orang tuanya. Pesan terakhirnya mengena mba. Hehehe. Enggak ada manfaatnya kok merokok itu!

    ReplyDelete
  6. Anak memang suka motokopi orang tua dan orang di sekitarnya ya. Itulah mengapa Kita mesti bener-bener harus sesuai perbuatan dan perkataan. Karena mereka melihat dan mengingat semua yang Kita buat. Ngopi gapapa asal jangan ngerokok yaa

    ReplyDelete
  7. Wahh kuat juga yaa tanpa gula, saya pernah pesen americano juga bahkan sudah diberi gula berkali-kali tetap tidak manis manis. Sepertinya memang saya tidak terlalu cocok dengan kopi jenis seperti itu, akhirnya tidak sampai habis dan mencoba sedikit saja.

    ReplyDelete
  8. Ketika kita pengen anak kita baik, kita juga mesti berprilaku baik. Tentang merokok, suami saya Alhamdulillah sudah berhenti merokok. Semoga anak laki-laki kami tidak merokok nantinya.

    Untuk uursan kopi, kalau itu sih monggo kerso. Kalau saya yg bukan pecinta kopi, ya terserah dia nantinya. Hehehe

    ReplyDelete

Post a Comment