Link Banner

Backpacker Setengah Hari Eksplor Malang

Masjid Agung Jami' kota Malang. Dokpri
Berapa tepatnya budget seorang backpacker? Rasanya, relatif ya? Mungkin, untuk trip di dalam negeri, indikator sederhananya, trip yang tidak melibatkan tiket pesawat dan hotel bintang tiga ke atas. Satu sisi, seseorang yang tripnya ke luar negeri, tentu mustahil meniadakan penerbangan. Kondisi begini, tetap memungkinkan mereka melakukan trip backpacker juga dong.
Nah, trip sekitar 10 hari saya ke Malang di awal Nopember lalu, terang dan jelas sekali masuk sebagai trip backpacker. Mengapa? Ongkos perjalanan, akomodasi, sepenuhnya ditanggung dua teman saya. Sangu pribadi saya, ya untuk membeli sedikit oleh-oleh, terbesarnya adalah belanja buku di Pasar Wilis, Malang.
Lagi-lagi dibantu tongsis, satu pose biar kunjungan saya ke spot ini ndak hoax. Dokpri
Trip yang hendak saya tuliskan ini pun, bisa dilakukan setengah hari saja. Lintas beberapa kota. Yang saya ingat, ya Malang, Sidoarjo dan Surabaya. Pastinya ya gratis juga. Kalaupun membayar, praktis hanya membayar uang parkir motor saja. Iya, trip backpacker saya, perjalanan pulang sambil membawakan pulang motor teman saya ke Lombok.
Skuy, disimak, ke spot mana saja saya eksplor di Selasa 7 Nopember lalu.

Alun-Alun Kota Malang

Sebenarnya spot ini saya kunjungi setelah sebelumnya mendatangi Perpusda kota Malang. Tapi, tidak apa-apa ya saya tuliskan lebih dulu. Terutama karena hanya di spot ini saja saya membayar parkir dua ribu rupiah. Di tiga spot lainnya, benar-benar gratis.
Aktivitas yang bisa kita lakukan di spot ini, terhitung banyak. Yang unik bagi saya, diantaranya;
Pertama, bercengkerama dengan burung-burung. Yang terbanyak yang saya lihat di hari tersebut, burung merpati berwarna abu-abu. Balita-balita yang sedang dibawa main orang tuanya, tampak bercengkerama seru. Saling mengejar. Sayang, saya lupa menghitung berapa tepatnya jumlah sarang burung di alun-alun ini.
Seorang balita bercengkerama seru dengan burung-burung. Dokpri
Kedua, membaca buku favorit. Mudah ditebak, ya karena banyaknya deretan bangku yang tersedia, lapangan berumput yang tebal serta empuk, juga banyak sudut bangunan permanen yang boleh diduduki.
Spot gazebo di salah satu sudut alun-alun. Dokpri
Ketiga, chill out bersama teman, sahabat, keluarga. Di salah satu sudut, terdapat gazebo dengan meja berpayung dikelilingi bangku-bangku. Saat saya berkunjung, tampak beberapa bapak sedang mengobrol seru. Persis di tengah, ada pula bangku beton bertingkat. Keluarga kecil dengan anak balita mereka, memilih bangku ini. Mereka bisa lebih leluasa memperhatikan putera puteri mereka yang sedang bermain seru dengan burung-burung merpati.
Lokasi tengah, tampak bangku beton bertingkat. Dokpri
Fasilitas lain, sayangnya berbayar. Jadi, tidak saya sebutkan dulu di tulisan ini yak.

Perpusda Kota Malang

Yang paling menarik dari kenangan selama sepekan saya tinggal di Malang, mau kemana pun relatif terasa dekat. Dari setiap spot yang ingin saya kunjungi, rata-rata kurang dari satu jam perjalanan, sesuai arahan peta di hp android saya. Begitu juga dengan Perpusda Malang. Bahkan, spot ini berhadapan juga dengan Museum Brawijaya. Praktis, cukup parkir motor di salah satu spot, keduanya bisa kita datangi sekaligus.
Masih pagi, ambil selfie begini jadi ndak malu. Dokpri
Selfie di Ijen Boulevard. Dokpri
Namun, ternyata saya sudah merasa cukup puas dengan eksplor area perpustakaan sebentar, berlanjut mengambil beberapa selfie di taman di tengah boulevard ruas jalan raya di dua spot ini. Kalau dari art letter yang terpasang, namanya Ijen Boulevard. Mengapa sebentar? Target utama saya di hari tersebut, pukul 5 sore sudah aman di atas kapal laut di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Tidak bisa terlalu berlama-lama.

Masjid Cheng Ho

Keluar dari kota Malang, tujuan pasti saya berikutnya, istirahat di Masjid Cheng Ho. Mengapa spot ini? Saya ingin punya pembanding dengan spot bernama relatif mirip dengan di kota Semarang. Bedanya, yang ini masjid, yang di Semarang adalah kelenteng.
Megah ya. Dokpri
Perbedaan hasil foto kamera hp versus go pro versi murmer. Dokpri
Lagi-lagi tak bisa lama. Di sini saya hanya minum yang banyak serta mampir ke toilet, mau charge HP pun ndak jadi, dan praktis hanya ambil sedikit foto. Yang tadinya ingin makan siang, setelah melihat ulang estimasi waktu di peta, rasanya makan siang paling tepat setelah saya sampai di Sidoarjo.
Begitulah. Di spot ini, praktis saya juga sekadar membayar parkir dan biaya toilet, yang digratiskan. Saya ngobrol ringan dengan bapak yang menjadi bagian dari mereka yang 'bertugas jaga' di kompleks masjid unik ini, dan berkeras tidak mau dibayar. Baik parkir, juga yang ke toilet.

Tour Visit GRIT ITS Surabaya

Tadinya, ndak percaya kalau tour di kampus salah satu PTN terbaik nasional ini gratis. Namun, karena yang memandu tour dan yang menyatakan gratis itu adalah seorang sesama pegiat aktif Komunitas Sasak yang sekaligus 'pejabat' di kampus ini, susah buat tak percaya. Ia bahkan 'menantang', kalau memang mau bawa komunitas untuk tour yang sama, tinggal kontak beliau. Nanti beliau yang akan aturkan waktu, bahkan jika memang tidak sibuk, siap juga memandu ulang.
Miq Jaelani, salah seorang 'Pemban' di Komunitas Sasak, yang kami inisiasi sejak Oktober 2008 dulu. Dokpri
Salah satu meja display. Kalau tidak salah ingat, material tambang tidak terpakai yang diolah jadi benda-benda pajangan. Dokpri
Lalu, tepatnya apa yang kita pelajari dari tour di Galeri Riset dan Inovasi Teknologi di kampus Institus Teknologi Sepuluh Nopember atau ITS Surabaya ini?
Tadinya mau buat listing. Sedihnya, karena catatan saya hanya berbekal mendengarkan langsung dan satu video yang butuh ditonton ulang sampai selesai, yang bisa saya tuliskan sementara, produk-produk display yang dijelaskan selama tour berupa alat-alat khusus, produk olahan dari sorgum, juga sebagian dari peralatan khas jaman pandemi dulu. Biar lebih tahu sendiri, kawan-kawan agendakan saja buat ikut tour ini. Kabari saya ya.
Nah, usai dari kampus ini, akhirnya saya kembali ke tujuan utama. Segera sampai di pelabuhan dan naik kapal luat yang tiketnya telah saya beli online. Untuk ini, tunggu tulisan saya yang berikutnya.

Bunsal
Hi, you can call me Bunsal, despite of my full name at my main blog domain. A mom blogger based on Lombok, Indonesia. I do blogging since 2005 and lately using my new email and the domain, start on 2014.

Related Posts

4 comments

  1. Wahh pas Bunsal ke Malang kita belum sempat kopdar😂. Semoga lain kali ya.

    Perpusda setauku gratisss tapi mingkin untuk pengunjung luar kota mungkin bayar ya? Dulu sering nongkrong di sana pas jeda kuliah.

    ReplyDelete
  2. Aku langsung cek maps, posisi Malang dan Surabaya itu segimana jaraknya. But, seru eksplor Malang dengan mengunjungi Perpustakaan dan Alun-Alun. Bagaimanapun juga, Alun-Alun menjadi ciri khas sebuah kota/tempat. Karena ya di alun-alun lah, biasanya warga menghabiskan waktu berkumpul dan bahkan kadang suka ada acara.

    ReplyDelete
  3. Aku hampir aja ngebayangin kalau petualangannya bakalan jauh banget karena tujuan perjalanannya itu nganterin motor temennya Mba ke Lombok. Trus di akhir cerita aku baru tersadar kalau dari Surabaya kan memang ada kapal besar yang bisa langsung bawa penumpang ke Lombok atau bahkan Bima dan Makassar tanpa perlu mampir di Bali.

    By the way, merhatiin ada burung Merpati abu-abu di sekitaran Alun-Alun Malang kok seru sekaliiii yaaaa. Wish one day kubisa mampir ke sini juga.

    ReplyDelete
  4. Wah, mantap
    Meski cuma setengah hari ternyata lumayan banyak tempat wisata yang dikunjungi ya mbak
    Malang ini surganya wisata
    Banyak tempat wisata asik di sini

    ReplyDelete

Post a Comment