Link Banner

Desa Jago Layak Anak, Apresiasi SIA Astra 2021 Pada M Sulton Hadi

Bekerja dan penghargaan, kadang dianalogikan seperti satu koin dengan dua sisi, sebelah menyebelah. Sebagian besar kita, bekerja demi satu penghargaan khusus. Penghargaan lahir, buah dari kinerja kita. Seringkali, kinerja yang serba istimewa.

Bagaimana jika membaca buku demi hanya karena memang mencintai buku saja?  Dokpri

Ada satu lirik lagu, yang mirip juga dengan penggambaran di atas.

“Jika surga dan neraka, tak pernah ada - Masihkan kau bersujud kepadaNya | Jika Surga dan Neraka Tak Pernah Ada (Chrisye, Album Senyawa 20024)”

Kenyataannya, banyak kita mengetahui ketokohan seseorang yang justru mengesankan diri sebagai yang mengabaikan dua analogi di atas. Mereka yang bekerja bukan demi penghargaan tertentu. Mereka yang memberikan sumbangsih kepada orang-orang di luar diri mereka, lebih karena mereka memang ingin melakukan hal tersebut. Bekerja atas kesenangan mereka sendiri. Idealis, namun tetap eksis.

Pada akhirnya, justru orang-orang seperti inilah yang memiliki ‘kelas’ tersendiri. Kelas yang kemudian mengantarkan mereka di posisi dimana pihak-pihak sesuai yang ingin memberikan penghargaan, justru merapat dan mendekat sendiri. Setidaknya, demikian satu kesan yang saya dapatkan dari deretan personal yang mendapatkan beberapa penghargaan Satu Indonesia Award di setiap periode pelaksanaan.

Bale Bacaan Desa Jago, Lombok Tengah, Upaya Entaskan Angka Renda Literasi

Namanya M. Sulton Hadi. Menurutnya, Sumber Daya Manusia (SDM) terbaik didapatkan dari pikiran dan tenaga yang cukup. Dua hal mendasar yang bisa mulai dibangun sejak dini. Keyakinan yang membuatnya konsisten menggerakkan aktivitas di Bale Bacaan Desa Jago, di kabupaten Lombok Tengah (Loteng). Kabupaten yang justru area paling terkenalnya berada di sisi selatan pulau Lombok. Tentu saja, yang saya maksud, area Sirkuit MotoGP yang sekaligus termasuk wilayah Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika.

Mari kita mengekor Bale Bacaan Desa Jago yang digagas M Sulton Hadi,  ajak anak akrabi buku. Dokpri

KEK Mandalika, eksis memiliki spot unik, sirkuit balap kelas internasional. MotoGP, WSBK, sudah mulai menjadi event rutin tahunan. Di samping keberadaan sirkuit ini, pesona keindahan alam juga tak kalah terkenal. Pesta adat Bau Nyale, pantai-pantai cantik, juga satu spot kelas dunia lainnya. Yang ini, relatif berada di tengah-tengah area Lombok. Air terjun Benang Kelambu. Hanya ada dua di dunia, dimana sumber aliran airnya tercurah melalui bebatuan dampak erupsi Gunung Rinjani purba. 

Tumbuhan merambat di bebatuan ini, menjadikan air terjunnya bak kelambu yang tak henti mengalun tertiup angin. Kontrasnya warna hijau daun pekat dari tumbuhan ini, menjadikan pesona air terjun Benang Kelambu sangat ikonik. Hanya ada di Lombok, tepatnya di Loteng.

Kembali ke Sulton bersama anak-anak yang aktif berkegiatan di Bale Bacaan, pilihannya yang anti - mainstream, aktivis literasi di tengah kawasan yang umumnya memilih berprofesi di dunia kepariwisataan. Selain ikhtiar turut membangun SDM Loteng yang lebih baik di masa depan, kegiatan literasi yang dikhususkannya pada anak-anak, demi menjadikan kabupaten Tatas Tuhu Trasna ini Layak Anak.

Sulton Hadi dan anak-anak Bale Bacaan Desa Jago. Cred. Mandalika Post

Kerap menjadi rahasia umum, bagaimana di balik gemerlapnya promosi pariwisata kawasan Mandalika beserta event kelas dunia di sirkuit balap MotoGP, banyak anak-anak di jenjang pendidikan mendasar yang justru terdampak di sisi yang memprihatinkan. Anak-anak usia sekolah yang seharusnya menghabiskan lebih banyak waktu untuk belajar, baik di ruang kelas di sekolah, atau pelajaran mandiri di rumah, malah hampir setengah hari berpanas-panasan di wilayah pantai-pantai Mandalika sebagai pedagang asongan.

Tak peduli di jam aktif sekolah, apalagi di hari-hari libur atau puncak kedatangan wisatawan, anak-anak usia sekolah bahkan sering pula dijumpai sedang berdagang dengan mengenakan seragam sekolahnya.

Sulton Hadi, bersama Bale Bacaan, idealnya menangkis fakta tersebut di atas. Anak-anak usia sekolah memiliki lebih banyak waktu untuk berkegiatan literasi. Bahkan bisa jadi pula belajar literasi digital.

Penghargaan Satu Indonesia Award Astra,  Apresiasi Desa Jago Layak Anak

Kabupaten Layak Anak (KLA) itu apa? Kutipan Peraturan Pemerintah nomor 12 tahun 2011 yang dirilis Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak terkait indikator, diantaranya;

.. Kabupaten/kota Layak Anak adalah Kabupaten/Kota yang mempunyai sistem pembangunan berbasis hak anak melalui pengintegrasian komitmen dan sumber daya pemerintah, masyarakat dan dunia usaha, yang terencana secara menyeluruh dan berkelanjutan dalam kebijakan, program dan kegiatan untuk menjamin terpenuhinya hak mereka.. (web Kemenpppa Indonesia)

Tentu perjuangan yang cukup panjang untuk setidaknya memenuhi sebagian dari indikator KLA. Namun, apa yang sudah dilakukan Sulton Hadi, bisa jadi adalah lokomotif penggerak bagi banyak pegiat literasi, khususnya yang menyasar anak-anak. Baik mulai dari usia dini, umumnya bagi anak-anak usia sekolah.

Ilustrasi ragam jenis bacaan. Dokpri

Berikutnya, kita bisa bersama-sama memelihara harapan, terus menerus menyuntikkan semangat ekstra pada sosok-sosok seperti Sulton Hadi, bersinergi melakukan beragam jenis aktivitas yang mengarah pada pemenuhan indikator Layak Anak lainnya. Taruh kata, jika misalnya jejaring dunia kepariwisataan telah menggunakan pentahelix, SDM kabupaten Loteng, setelah Layak Anak, memiliki daftar SDM serba terbaik sesuai profesi serta bidang kerjanya masing-masing.

Lalu, pada akhirnya, berbagai gelaran kelas dunia, bisa selaras, seiring sejalan dengan berbagai lapis generasi di Loteng. Utamanya warga dari kabupaten di selatan Lombok ini, meluas pada penduduk pulau Lombok secara umum. Semoga.

Bunsal
Hi, you can call me Bunsal, despite of my full name at my main blog domain. A mom blogger based on Lombok, Indonesia. I do blogging since 2005 and lately using my new email and the domain, start on 2014.

Related Posts

There is no other posts in this category.

Post a Comment